Sebuah Fase Baru dalam Hidup

Langit sedang cerah ketika aku menulis ini, sama cerahnya dengan hatiku. Alhamdulillah aku bisa melewati masa-masa suram menghadapi covid. Beberapa waktu lalu, covid singgah di keluargaku. "Welcome to the club", gitu kali ya. Hahaha. Awalnya mamaku yang kena, lalu adikku. Berawal dari sakit ulu hati, mama pergi ke klinik karena khawatir makin parah. Sehari setelahnya, kondisi makin gak baik. Malah jadi diare dan demam turun naik. Ditambah lagi mama nangis terus, akhirnya kami memutuskan untuk ke Rumah Sakit. Singkat cerita tes antigen dan hasilnya positif covid. 

Hari itu aku ikut menemani ke Rumah Sakit, melihat dengan mata kepala sendiri kondisi IGD yang penuh sampai beberapa pasien terbaring di kasur yang posisinya di luar kamar. Atasnya hanya tertutup asbes. Saat lagi nunggu giliran periksa dokter, hujan tiba-tiba deras banget. Perasaanku makin campur aduk dan dingin, sedingin udara siang itu. Terus kebayang sedingin apa udaranya di malam hari untuk pasien-pasien ini. Untungnya dokter keburu datang sebelum pikiranku makin kalut, menghampiri mama yang lagi duduk lemas. Dokter mengecek hasil lab dan obat-obatan dari RS A karena sebelumnya kami ke sana dulu. Dijelasin detail oleh dokter tersebut, hasilnya semua bagus. Semua obat harus tetap dikonsumsi untuk mengobati sakit ulu hati dan diarenya. 

Dokter sarankan untuk berjemur, makan sayur, buah, dan makanan beragam lainnya, juga selalu berpikiran positif dan happy supaya imun makin bagus. Gak perlu dirawat karena gejalanya termasuk ringan. Syukurlah kami bisa pulang. Di perjalanan pulang, kami gak banyak bicara. Aku membiarkan pikiranku sibuk, memikirkan strategi untuk mama isolasi mandiri di rumah. Entah kenapa saat itu gak kepikiran untuk lapor puskesmas. Kita harus berpisah beberapa waktu dan anak-anak gak bisa main dulu di rumah neneknya. 

Selama mama sakit, aku yang supply makanannya. Aku yang tadinya si mager masak, jadi masak tiap hari dengan menu yang beda-beda. Aku kirim tiap siang dan malam ke rumahnya. Tidak lupa buah-buahan yang udah dikupas dan siap dimakan.

Dua hari setelahnya, saat pikiranku mulai tenang adikku ngabari kalau dia kehilangan penciuman dan rasa. Aku rasanya kayak di hantam palu Thor, shock!!! Tanpa disadari, bajuku basah kena air mata. Sebagai kakak tertua, aku harus tetap sadar, fokus, dan berpikir meski hati rasanya sulit menerima. Adikku anak kemarin sore dan harus merasakan fase ini dalam hidupnya. Jadilah adik dan mama isolasi berdua di rumah. Mama udah mulai membaik dan adik gejalanya hanya anosmia. Semoga gak ada gejala lainnya menyusul. Jadi untuk adik treatmentnya vitamin, susu, dan makanan-makanan sehat beragam. 

Aku berkendara gak tau arah dan tujuan, hanya ingin nangis dan nangis. Takut, kalut, resah, sedih, semua perasaan itu berlarian di kepalaku. Kembali ke rumah melakukan apa-apa dengan pikiran dan hati yang hampa. Aku diskusi dengan Ario, kami berbagi tugas. Ario handle semua keperluan Degea dan beberes rumah, sementara aku fokus mengurus keperluan mama dan adik. Pokoknya jangan sampe aku ikutan sakit. 

Supaya adik seneng dan gak ngerasa kesepian, jadi aku co-in juga beberapa keranjang belanjanya. Mama aku ajak tebak-tebakan tapi gak nyaut hahaha. Sampai di hari kesekian, mama chat aku bilang kalau sayur yang aku buat kebanyakan merica. Dapet chat kayak begitu aja aku langsung girang banget. Thanks god, aku merasa mama udah membaik banget karena udah bisa protes. Hahahaaaaa.... Sungguh aku merindukan mama yang selalu ngomel dan protes dalam segala hal.

Penciuman adikku muncul kembali di hari ke-5, katanya awalnya kayak nyium bakaran sampah. Makin lega deh aku. Sampai akhirnya mereka dinyatakan sembuh dan selesai masa isolasi. Alhamdulillah. Semoga yang sedang melewati masa-masa ini, dapat terlewati dengan baik. Insyaallah semua akan berlalu, suka ataupun duka. 

Mohon maaf aku gak bisa share obat-obatan, silakan konsultasi ke dokter, ya. Bisa ke puskemas dulu atau via aplikasi Halodoc. Yang penting makan-makanan sehat dan bergizi, ya.

Comments

Popular Posts