Dia Lelakiku - Part 1

Terkadang, keindahan sebuat cerita bukan dilihat dari isinya. Tetapi cara dia menceritakannya. Memperkenalkan satu persatu temannya lewat sebuah foto. Darinya aku tahu rasanya berkomunitas. Darinya aku tahu lebih banyak cerita tentang band kesukaan kami, KOIL.

1 Januari 2011, kali pertama ketemu setelah menjalin status sebagai sepasang kekasih. Duduk di bangku depan ATM Center Unpad. Lembayung jingga dan gunung geulis menjadi saksi cerita demi cerita dia sore itu. Saking hanyutnya, aku hanya sanggup berkata ‘wah’, ‘yaampun’, ‘hmmm’, ‘kok bisa’, lalu sesekali tersenyum. 

Kenangan pertama dia dengerin Koil yaitu sekitar tahun 98/99. Waktu itu setiap pulang sekolah, supir jemputan SD selalu muterin kaset Koil di mobilnya. Hampir selama setahun setiap pulang sekolah sering banget denger lagu Koil. Pikirannya terdoktrin, tetapi belum menyatakan dirinya suka Koil. Menginjak SMP, rasa penasaran itu semakin tinggi. Siapa Koil? Darimana asalnya? Band jenis apa itu? Semuanya sedikit terjawab dari internet. Seolah-olah semua hal di sekitarnya saling berhubungan dengan apa yang dipikirkannya, sampai akhirnya tahun 2003 ada pensi di SMA 8 Jakarta dengan bintang tamunya Koil. Bersanding dengan Dewa, The Fly, Marcell, Ratu, dan Club 80’s. Disana lah kali pertama dia nonton Koil secara langsung. Sejak saat itu, dia hampir gak pernah absen datang ke konsernya. Sampai kenal dengan semua personilnya dan orang-orang dekatnya. 

Tahun 2007, aku masuk area putih abu. Mulai suka dengan musik-musik underground yang kebanyakan susah untuk ikut nyanyi. Sampai akhirnya dengerin lagu Koil berjudul Kenyataan dalam Dunia Fantasi. Musiknya keras, tapi aku masih bisa ngikutin buat nyanyi. Darisana mulai mencari tahu tentang Koil. Kemudian temanku yang lebih dulu punya Friendster, memperlihatkan Friendster-nya Ario yang isinya foto-foto bareng Koil. Huft.

Maret 2010, kali pertama aku bertemu dengan Ario di gig Saparua. Pertemuan kami hanya sebatas tatapan mata. Itupun selintas. Yah, saat itu aku datang bersama pacarku, dia pun dengan pacarnya. Tujuan kami pun sama, untuk melihat si Koil. Waktu terus berjalan, kesukaan kami masih sama, tetapi sama-sama sudah tak punya pasangan. Dipertemukan lagi via chat facebook di bulan November dan menyatakan sebagai sepasang kekasih.

Februari 2011, Koil mengadakan konser tunggal di Sabuga. Disanalah kali pertama nonton berdua. Ario mengajakku foto bareng, kenalan, dan ngobrol dengan personilnya, memperkenalkanku pada teman-temannya, juga hal lainnya yang selama ini aku inginkan. Selanjutnya Oktober 2012, Koil mengadakan lagi konser tunggal bergaya akustik.

Gig demi gig dengan bintang tamu Koil kami datangi, meski hanya sebatas Bandung-Jakarta. Dari mulai Kickfest hingga Hammersonic. Seolah-olah nonton gigs dengan penampilan si Koil adalah kencan paling ideal buat aku dan Ario. RM Legoh dan Sultan Agung 9 pun merupakan bagian dari perjalanan kisah kami berdua. Kami melakukannya selama 5 tahun.

Waktu memberitahuku, aku tak bisa berlama-lama hanya sekadar sebatas sepasang kekasih dengannya. Ario, lelakiku, akhirnya berani memenuhi janjinya untuk menikahiku.

11 Desember 2015 di #LatihanBarengKoil adalah klimaksnya. Datang berdua, nyanyi bersama, hanyut, dan memoar-memoar di masa lalu terputar satu persatu. Ini adalah gig terakhir kami sebagai sepasang kekasih. Kadang terasa lucu, bahwa kita ternyata dipertemukan oleh band yang sama-sama kita sukai.

Koil, kami akan menikah. Doakan kami ya.

Bersambung...

kickfest 2011
akustik resital 2012
akustik resital 2012 - with otko
latihanbarengkoil 2015 - with Adam

Comments

  1. Telor setengah mateng jangan lupa boooouuusss....
    Heeeeeeee

    ReplyDelete
    Replies
    1. ampe habis 3 telor tuh. telor puyuh tapi :D

      Delete
  2. Padahal waktu kickfest 2011 aku juga nonton loh. Kok kita gak ketemu ya? Haha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts