Transformasi

"Erna cantik kok, cuma karena masih kecil jadi belum bisa ngurus diri." potongan kalimat dari Mama temen SMP-ku masih saja kuingat. Yah, dari kecil aku selalu minder dengan warna kulitku yang hitam. Sampai-sampai di tempat ngaji aku selalu dipanggil 'iteung'. Kalau nenekku dengar aku dipanggil 'iteung', dia selalu marah. Setiap kali aku pakai baju merah, aku dibilang mirip 'siki saga'. Entah rupanya seperti apa siki saga itu, sampai sekarang gak pernah mau cari tahu. Saking malunya, aku sering nangis dengan keadaanku seperti itu. Sedih banget rasanya, seolah-olah fisik menjadi hal paling penting untuk menjadi manusia. Keadaanku saat itu mendorongku menulis di buku harian. Aku merasa terlalu malu untuk cerita ke teman atau keluarga. Bukan hanya hitam, aku juga kurus dan rambutku pendek kaya laki-laki.

Masuk SMK, aku panjangin rambutku sampai atas pinggang. Aku mulai cuek dengan warna kulitku, walaupun sempat kepikiran buat pakai pemutih (saat itu tren banget anak SMA pakai pemutih wajah). Banyak sekali orang di sekitarku yang menyarankan untuk pakai pemutih. Tapi lama-lama, aku ngerasa berubah jadi orang lain. Aku bukan Erna, aku orang lain. Pakai kontak lensa warna, catok rambut, pengen di cat rambut, dan pengen ditindik di lidah. Untuk cat rambut, pakai pemutih, dan tindik terselamatkan oleh larangan mama yang akhirnya gak jadi. Hahahaha. Alhamdulillah.

Masuk kuliahan, aku kembali ke jalan yang benar. Hahahaha. Aku sangat menikmati masa-masa itu. Cuek dan apa adanya. Aku belum tertarik dengan semua kebutuhan make up. Aku hanya pakai cleansing foam, pelembap, dan bedak. Itupun dipakainya jarang, kalau lagi mood aja. Hehehe...Gimana ya? Aku ngerasa belum saatnya untuk ber make-up karena masih mengandalkan uang orang tua. Apalagi temen-temen kuliahku laki semua. Ngaca dikit aja dicengin. Hahaha.

Kemudian masuk dunia kerja, awalnya masih belum tertarik. Tapi sedikit-sedikit aku mulai peduli dengan penampilanku, selama tidak keluar dari jalurku. Aku rajin cuci muka 3x sehari. Aku mulai beli eye-shadow, blush on, maskara, dll. Tapi saat itu belum kenal make-up yang bermerek. Sejak aku follow instagram salah satu online shop yang menjual kosmetik, aku mulai mengenal make-up bermerek kaya Loreal, ABH, The Balm, dll. Baru beberapa bulan ini sih, mungkin sekitar awal-awal April 2015. Sekalinya kenal, malah ketagihan dan pengen seriusin, apalagi lipstik. Kegilaanku akan lipstik gak bisa ditahan-tahan. Hehehe. Sampai saat ini, aku punya lebih dari 20 lipstik.

Kalau kembali ingat ke masa SMK, rasanya ingin mengguncang tubuhku lalu bilang "Ernaaa, cantiklah dengan dirimu sendiri, bukan ngikuti orang lain!". Aku bukan orang yang pinter tentang make-up. Jauh dari kata ahli. Tapi, rasa ingin tahuku tentang make-up semakin hari semakin besar. Yuk, belajar sama-sama di blog ini dan instagramku juga. :)

FYI, aku bersyukur banget dari kecil gak pernah punya jerawat yang serius kecuali saat mau menstruasi. Hehehe. Aku sekarang pakai cleansing foam yang hitam dari Ponds. Enak banget di mukaku gak kaku (kulitku normal agak kering). Lalu pakai pelembap dari Meco. Meco juga bisa membantu menyamarkan jerawat loh. Setiap dua minggu sekali, aku melakukan facial galvanic di Marwah beauty skin Jatinangor karena penting membersihkan komedo agar kulit gak kusam. Meski sudah sedikit mengenal make-up, untuk sehari-hari hanya pakai eye liner dan mengandalkan lipstik.
Jadi, pokoknya aku sama sekali gak pernah sedikitpun pakai pemutih. Kulit wajah yang sekarang aku punya adalah hasil dari usahaku yang mau merawat diri. Tidak ada hasil yang mengecawakan selama kita mau berproses. Hehehe.

Terima kasihku untuk mama temen SMP-ku itu dan mamaku yang bawel melarang ini itu tapi maksudnya baik. Intinya, tetep jadi diri sendiri. Semoga menginspirasi :)

Comments

Popular Posts